Mourinho Tunggangi Porto Jadi Kampiun Liga Champions 2004

Kesuksesan Mourinho berawal semenjak dia berhasil membawa porto menjadi kampiun Liga Champions musim 2003-2004. Berangkat sebagai tim kuda hitam Porto suskses merangsek dan kalahkan lawan-lawan dengan pasti. Tepat 26 mei 2004 dengan mengalahkan Monaco dengan skor telak 3 gol tanpa balas.

Final Kuda Putih merupakan salah satu momen historis dalam sejarah Piala FA. Untuk pertama kalinya, Wembley menjadi panggung pagelaran turnamen sepakbola bergengsi Inggris itu. Jadi sejarah, sebab stadion berkapasitas 125.000, didatangi oleh 300.000 penggemar sepakbola yang antusias.

Kendati begitu, pada kesempatan ini, final tersebut takkan kembali dibahas. Justru sebaliknya, tidak ada lagi bahasan mengenai Final Kuda Putih, melainkan tentang Final Kuda Hitam. Ya, sepuluh tahun lalu, digelarlah final yang mempertemukan dua klub kejutan di Arena AufSchalke, Gelsenkirchen. Dan pada momen inilah, Jose Mourinho mulai menunjukkan ke-spesial-annya dalam dunia sepakbola, ketika ia membawa FC Porto mengalahkan Monaco dan jadi juara Liga Champions 2003/04.

Final Kuda Hitam

Di awal pagelaran Liga Champions, mungkin tidak ada yang mengira bahwa Monaco dan Porto akan mencapai final. Tentu ini merupakan hal yang wajar karena Manchester United, Real Madrid, dan Chelsea tengah melakoni musim yang hebat. Nama Monaco pun tidak begitu santer terdengar, sementara Porto yang baru saja memenangi Piala UEFA semusim sebelumnya.

Singkat cerita, Monaco mengalahkan Lokomotiv Moskwa, Real Madrid, dan Chelsea untuk mencapai partai puncak Liga Champions pertama kalinya. Sementara itu, Porto sukses menyingkirkan Manchester United di babak 16 besar, disusul dengan Lyon dan Deportivo La Coruna. Jose Mourinho mulai diperbincangkan pada momen ini, setelah ia sukses menyingkirkan Sir Alex Ferguson di kancah Eropa, dan membawa Porto ke final kedua mereka.

Siapa yang bertanding di final, memang ini berada di luar prediksi. Namun saat itu, Mourinho memang jadi pelatih yang selalu mengejutkan. Tak heran, kehadirannya di final pun pada akhirnya membawa kejutan tak terbayangkan bagi fans Porto.

Monaco 0-3 Porto
Monaco mengawali laga dengan luar biasa, seiring penjaga gawang Porto, Vitor Baia, terpaksa melakukan penyelamatan gemilang dari ancaman  Ludovic Giuly. Ini merupakan satu-satunya ancaman berarti Giuly karena setelahnya, ia harus ditandu keluar karena mengalami cedera kunci paha di menit 22. Giuly digantikan oleh Dado Prso.

Babak pertama berjalan kurang menarik setelahnya. Tak banyak terjadi ancaman, namun akhirnya Porto unggul lebih dulu di menit 38 lewat serangan balik. Penyerang Brasil, Carlos Alberto, mematahkan kebuntuan dengan sepakan voli kaki kanannya. Jala Monaco pun terkoyak, Porto unggul hingga jeda turun minum.

Prso hampir saja menyamakan kedudukan di menit 56, tapi ia gagal memanfaatkan kegalauan Nuno Valente di kotan penalti. Bola pun lepas dari kaki penyerang Kroasia ini dengan sia-sia, tapi Monaco terus menggempur Porto.

Malang bagi Monaco, Mourinho terlalu cerdas malam itu. Ia melakukan pergantian krusial di menit 55, menggantikan Alberto yang mencetak gol denganveteran Rusia, Alenitchev. Porto pun menggandakan keunggulan, berkat Alenitchev yang memberikan assist bagi Deco, di menit 70. Lagi-lagi, ini merupakan hasil serangan balik Porto.

Empat menit kemudian, Alenitchev mencetak gol dengan kakinya sendiri. Ia menyambut umpan pantul Derlei Silva dengan sepakan keras yang tak mampu dihadang oleh Flavio Roma.
Mimpi Monaco menjadi juara di final pertama mereka pun kandas. Walau menyerang terus, mereka takluk oleh serangan balik Porto yang mematikan, khas Mourinho.

Melalui proses dramatis, mengalahkan Manchester United yang jadi favorit kala itu, Jose Mourinho akhirnya sukses juga di final dengan menggilas Monaco. Tiga gol tak berbalas ia canangkan bersama klubnya dan tepat sepuluh tahun lalu, Porto asuhannya, jadi raja Eropa.

SUSUNAN PEMAIN


Monaco: Flavio Roma, Hugo Ibarra, Julien Rodriguez, Gael Givet, Patrice Evra, Lucas Bernardi, Andreas Zikos, Edouard Cisse, Jerome Rothen, Ludovic Giuly, Fernando Morientes.

Porto: Vitor Baia, Paulo Ferreira, Jorge Costa, Ricardo Carvalho, Nuno Valente, Francisco Costinha, Maniche Ribeiro, Pedro Mendes, Deco Souza, Derlei Silva, Carlos Alberto.

Wasit: Kim Milton Nielsen (Denmark).